Cerpen ini di ciptakan oleh : Ernira Eka Agustin Twitter : @ernitaeka2
Sore itu hujan turun.
Terlihat air yang turun dari langit, lalu mengalir dari atas genting dan
kemudian turun ke bumi. Bunga-bunga di depan rumah basah, begitu pula
rumput-rumput disekitarnya. Tapi beruntung hujan kali ini sudah sudah reda.
Hanya terlihat rintik-rintik air yang turun.
Davia menyandarkan
kepalanya dikursi dekat jendela. Sedari hujan turun, ia terus memandangi keluar
jendela. Tak sepatah katapun keluar dari mulutnya. Hanya terdiam dan terdiam.
Tiba-tiba terdengar
suara hanphone berdering dari maja dekat Davia duduk. Suara handphone itu
memecahkan lamunan Davia. Ia segera meraih hanphone-nya. Rupanya satu pesan
telah ia terima.
Vi, nanti kita ketemu di taman jam 7 malam, ya? Aku tunggu, loh! Aku pingin kasih kamu sesuatu. Malla.
Rupanya pesan itu dari
Malla, sahabat Davia.
Iya. Tapi ada apaan sih La? Kamu mau kasih apa ke aku?
Davia membalas pesan
Malla. Namun sampai satu jam kemudian Malla tidak membalas pesan Davia. Davia
jadi penasaran. Kira-kira apa, ya yang akan dikasih oleh Malla? Sahabatnya yang
satu ini memang suka memberi kejutan.
Pernah ketika Davia
berulang tahun, ia dikerjain habis-habisan oleh Malla. Malla memang jago kalau
soal urusan sureprise.
Waktu sudah menunjukkan
pukul tujuh kurang lima belas menit. Davia masih mempersiapkan diri untuk pergi
menemui Malla di taman.
“Vi, kamu mau kemana?”
Tiba-tiba seorang laki-laki lantas membuka pintu kamarnya. Dan ternyata ia
adalah mas Danang, kakak Davia.
“Mau ke taman kota,
mas. Tadi Malla SMS aku. Katanya aku suruh kesana.”
“Oh, iya sudah
hati-hati. Ingat! Jangan pulang malam-malam.”
“Iya, mas. Bawel
banget, sih”
Davia segera pergi
menemui Malla di taman kota.
Sesampainya di dapan
taman kota, Davia berhenti sejenak. Sepintas ia seperti melihat sesosok
laki-laki yang ia kenal. Tapi entah siapa dia, Davia tidak bisa mengingatnya.
Karena sudah tidak sabar mengetahui surprise apa yang akan diberikan oleh
sahabatnya, Davia segera menemui Malla.
Davia mencari-cari
dimana posisi Malla. Dan pada akhirnya Davia menemukan sahabatnya itu. Davia
segera menghampiri Malla.
“Hai, La! Kamu mau
kasih aku sureprise apa lagi sih? Kebiasaan, deh!” tanya Davia penasaran.
“Sini! Duduk Dulu! Tapi
kamu janji jangan marah, ya?” Davia semakin dibuat penasaran oleh Malla.
Malla terlihat sedang
mencari seseorang. Apapun yang dilakukan Malla, Davia benar-benar tidak
mengerti. Davia terlihat asyik dengan jus apel yang telah dibelikan oleh Malla.
Tiba-tiba Malla tersenyum
manis sambil menunjuk kearah belakang Davia. “Itu dia orangnya.”
Davia mengangkat
wajahnya dan menoleh ke arah Malla. Setelah itu Davia menoleh ke arah belakang.
Davia benar-benar terkejut ketika melihat sosok laki-laki memakai jaket biru,
celana jeans panjang. Davia kaget dan kemudian berdiri memandangi laki-laki
itu.
“Hai, Vi!” sapa
laki-laki itu.
“Vi, sesuatu yang mau
aku kasih ke kamu itu ya ini.” Ucap Malla.
Davia tak dapat berkata
apa-apa setelah melihat laki-laki itu. Namanya Farel. Ia adalah mantan pacar
Davia. Mereka berdua sudah putus dua tahun yang lalu. Farel meninggalkan Davia
karena Davia jarang ada waktu untuk Farel. Davia jarang menemui Farel karena
kegiatannya di sekolah sebagai pengurus OSIS dan setelah pulang sekolah Davia
kursus melukis. Meskipun begitu, Davia tetap menunjukkan perhatian dan kasih
sayangnya pada Farel. Sedangkan Farel sendiri disibukkan dengan kegiatan yang
merupakan hobinya, yaitu sepakbola.
Hubungan mereka harus
berakhir karena adanya pihak ketiga yang hadir merusak hubungan mereka. Namanya
Anggun. Dia selalu dekat dengan Farel ketika di kelas. Hingga akhirnya Farel
merasa jatuh hati pada Anggun. Parahnya, Farel lebih memilih Anggun daripada
Davia karena Anggun selalu dekat dengan Farel.
Setelah setahun
kelulusan, akhirnya mereka bertemu lagi karena ulah Malla yang sengaja
mempertemukan mereka berdua. Padahal saat itu Davia nyaris melupakan masa
lalunya itu walau tidak seratus persen. Malla pun meninggalkan mereka berdua
agar mereka bisa berbicara dengan leluasa.
Farel memegang tangan
Davia. Farel menatap Davia dengan penuh harapan. Davia pun masih terdiam
membisu seolah tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Mata Davia berkaca-kaca
ingin menangis.
“Vi, aku ingin bicara
sama kamu. Aku ingin minta maaf sama kamu karena aku sudah ninggalin kamu demi
mendapatkan belaian dari seorang kekasih. Aku tau kamu sayang banget sama aku,
Vi. Aku minta maaf sama kamu. Dan sekarang aku ingin kita kembali sama kamu.
Aku janji Vi gak akan sia-siakan kamu lagi.” Dengan itu, Farel memberanikan
diri untuk berkata bahwa ia ingin kembali pacaran lagi dengan Davia.
Perlahan-lahan air mata
Davia menetes. Dalam ingatannya saat itu adalah teringat akan masa-masa dimana
Farel selalu membuat Davia sakit hati dengan terus memperlihatkan kedekatannya
dengan Anggun. Dan Farel tidak sedikitpun mempedulikan Davia. Namun saat itu
teringat pula kenangan-kenangan indah bersama Farel ketika mereka masih
bersama. Kata-kata cinta dan sayang yang selalu terucap dan tercurah diantara
mereka dulu. Hati Davia terasa sakit malam itu.
Davia memeluk Farel.
“Farel, Davia kangen
sama Farel. Tapi Davia tidak tau apakah Davia siap kembali lagi sama Farel.
Davia sayang banget sama Farel.” Davia melepas pelukannya. Ia meneruskan
kata-katanya.
“Farel, kamu gak tau
gimana rasanya jadi aku yang di duakan, Rel. Kamu gak tau gimana perasaanku
ketika kamu bilang ingin memutuskan hubungan kita. Padahal aku sayang banget
sama kamu, Rel. Tega, ya kamu. Dan kamu gak tau apa yang ...”
Belum sempat meneruskan
kata-katanya, Farel menempelkan jari telunjuknya ke bibir Davia. Farel memotong
kata-kata Davia.
“Dan aku tau apa yang
sudah kamu korbankan untuk aku, Vi. Malla sudah cerita semuanya ke aku. Bahkan
selama ini kamu menahan perasaanmu pada orang lain demi menunggu cintaku
kembali, Vi. Maafkan, aku, Vi!” Farel memeluk Davia. “Aku mohon beri aku
kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku, Vi!”
“Aku gak bisa jawab
sekarang, Rel.” Davia melepaskan pelukan Farel dan pergi meninggalkan Farel di taman
itu.
Diperjalanan pulang
Davia teringat akan apa yang telah terjadi dengannya tadi. Tiba-tiba Farel
datang dan memohon kembali kepada Davia. Sakit di hati Davia belum terobati
karena ulah Farel. Davia tidak bisa melupakan apa yang telah Farel perbuat pada
dirinya.
Sesampainya dirumah,
Davia langsung masuk menuju kamarnya. Ia melempar tasnya dan merebahkan diri di
ranjang tempat tidur. Air mata Davia masih tetap mengalir. Yang ia ingat malam
itu adalah masa pacarannya dulu dengan Farel, masa dimana Farel menyakiti
Davia, dan peristiwa malam itu.
Tiba-tiba handphone
Davia berdering. Dua pesan telah ia teriama. Pesan tersebut dari Malla dan
Farel
Farel.Vi, maafkan aku. Aku yakin kamu masih sayang sama aku, Vi. Beri aku kesempatan, Vi. Satu hal yang harus kamu tau. Aku akan menunggu jawabanmu.
Dan satu lagi pesan
dari Malla.
Malla.Vi, gimana tadi kamu sama Farel? Kalian pasti balikan, kan? Aku tau kamu kan masih sayang sama Farel.
Tak satupun dari dua
pesan itu yang dibalas oleh Davia.
Davia merasa lelah
dengan perisatiwa malam ini. Akhirnya ia tertidur pulas bersama buku diary-nya.
Dear diary.Di, hari ini aku lelah. Aku benar-benar lelah.Sahabatku Malla telah mempertemukan aku dengan Farel, pacar pertamaku sekaligus mantan pacar pertamaku. Kamu sudah tau dia, kan, Di.Farel berkata padaku bahwa ia ingin kembali lagi padaku. Katakan padaku, Di! Apa yang harus aku lakukan, Di? Aku memang masih sayang padanya, Di. Tapi rasanya hatiku masih sakit ketika teringan oleh apa yang pernah ia lakukan padaku.Aku bimbang, Di.
Itulah yang ditulis
Davia dalam buku diarynya.
Hari ini adalah hari
minggu. Davia sendirian dirumah. Mas Danang pergi bersama Mbak Laras, pacarnya.
Sedangkan mama dan papa Davia pergi ke rumah sakit mengunjungi temannya yang
sedang sakit. Tapi Davia memutuskan untuk tidak keluar pada hari itu.
Kegalauan masih
menyelimuti hati Davia karena peristiwa semalam. Selera makan hari itupun tak
ada dalam diri Davia. Davia sedari pagi hanya terdiam. Mondar-mandir, kesana
kemari, berpindah tempat duduk sesuka hati.
Rindu melanda hati
Davia. Ia sebenarnya ingin memberi kesempatan Farel. Namun Davia ragu. Davia
mengambil handphone di kamarnya. Ia mengirim pesan untuk Farel.
Davia.Temui aku jam tiga sore ditempat tadi malam.
Beberapa menit
kemudian, balasan pesan dari Farel telah ia terima.
Farel.Iya, Vi. Aku pasti datang.
Waktu terus berjalan
hingga akhirnya menunjukkan pukul tiga kurang sepuluh menit. Davia segera
mempersiapkan diri untuk menemui Farel. Davia pun berangkat.
Sesampainya di taman,
Davia berhenti berjalan dan menatap sosok laki-laki yang akan ia temui, Farel.
Davia dengan perlahan-lahan berjalan menghampiri Farel sambil menatap Farel
dalam-dalam. Ketika sampai tepat di depan Farel, Davia pun masih terdiam.
“Hai, Vi!” Farel
memulai membuka percakapan diantara mereka.
“Farel, maafkan aku karena
selama ini aku jarang mendekatimu. Aku terlalu sibuk dengan urusanku dan aku
juga terlalu membiarkanmu jarang menemui aku. Tapi kamu juga harus meminta maaf
padaku karena hal yang sama, Rel.” Ucap Davia secara perlahan-lahan. Air mata
Davia perlahan-lahan keluar.
Mereka masih saling
bertatapan. Kemudian Farel memeluk Davia.
Farel berkata, “ Iya,
Vi. Aku minta maaf. Aku janji gak akan menyia-nyiakan kamu lagi, Vi. Kamu yang
terbaik buat aku, Vi. Aku sayang kamu.”
“Aku juga sayang kamu,
Rel.”
Davia melepas pelukan
Farel. Farel pun mengusap air mata yang mengalir di pipi Davia. Kemudian Davia
memegang tangan Farel.
Davia berkata, “Rel,
kamu tau, kan bahwa aku sayang banget sama kamu?”
Farel menjawab, “Iya,
Vi.”
Kemudian Davia bertanya
lagi pada Farel. “Rel, kamu tau, kan aku masih mengharapkanmu?”
Dan Farel menjawab,
“Iya, Vi, aku tau itu.”
“Kamu janji gak akan
sia-siakan aku lagi?”
“Aku janji, Vi. Jadi,
kamu mau balikan sama aku, Vi?” tanya Farel memastikan pertanyaan Davia. Davia
mengangguk. “Serius, Vi?” Davia mengangguk lagi.
Farel terlihat senang
mendengar hal itu. Dan Davia yang semula meneteskan air mata, kembali tersenyum
karena melihat kegirangan Farel.
Dulu ketika Farel
hendak memutuskan hubungannya Bersama Davia, Farel berkata bahwa ia akan
kembali bila ia sudah bisa mencintai Davia lagi. Dan sekarang cinta itu kembali
pada Farel.
Dan pada akhirnya, dua
sejoli yang sama-sama berstatus baru pertama kali pacaran itu kembali lagi
seperti dulu. Sejak hari itu, Farel selalu menyempatkan diri untuk Davia.
Mereka sering jalan berdua, bergandengan tangan dan saling bercanda. Dan sejak
saat itu pula senyum utuh Davia kembali utuh karena Farel.
Sesungguhnya, cinta yang indah itu di dasari dengan hati yang tulus dan pengertian yang kuat. Maka dari itu, suatu hubungan akan tetap utuh walau badai coba memisahkan.Ibarat dua ikan yang berenang melawan arus air, mereka tetap saling bergandengan untuk melawan arus itu bersama-sama.Tags: Cerpen, Cerpen Remaja
If you enjoyed this post and wish to be informed whenever a new post is published, then make sure you subscribe to my regular Email Updates. Subscribe Now!