Kunikmati udara pagi ini. Subhanallah
begitu menyejukkan. Kuhela nafas panjang agar udara segar itu masuk ke dalam
tubuhku, menjadi kekuatan dakwah bagiku. Hufth....segarnya. Dari kejauhan ku
lihat lelaki itu lagi,lelaki yang kemarin mengantar susu untuk Nenek.
"Selamat pagi Mbak Killa."
sapanya ramah.
"Iya,selamat pagi juga." jawabku
menundukkan kepala setelah kusadari lelaki itu sedari tadi telah menjatuhkan
pandangannya tepat pada bola mataku.
"Nenek ada, Mbak?" tanyanya
kemudian.
"Ma'af, Nenek sedang ke
pasar." jawabku.
"Kalau begitu saya boleh titip ini
pada Mbak Killa?" tanyanya lagi seraya menyodorkan dua bungkus susu
kedelai dalam kemasan plastik.
"Insya Allah." kuterima susu
kemasan itu,namun lelaki itu tak juga beranjak dari tempatnya berdiri. Dia
malah terus menatap wajahku. Aku jadi salah tingkah dibuatnya.
"Maaf, apa masih ada yang bisa saya
bantu?" tanyaku berharap dia tau kalau aku tak nyaman jika seseorang yang
bukan muhramku berlama-lama bersamaku.
"Tidak, saya hanya ingin melihat
wajah Mbak Killa. Kenapa Mbak Killa terus menunduk?" tanyanya sembari
cengengesan.
"Dalam islam seorang wanita dan
lelaki yang bukan mahram saling beradu pandang adalah haram." jawabku pada
lelaki yang ku tau dia non muslim itu. Dia hanya mengangguk-anggukkan kepala.
"Kenapa begitu ya?" ternyata
pertanyaannya masih berlanjut setelah manggut-manggut, kukira tadinya dia sudah
mengerti.
"Karena syahwat bisa muncul dari
pandangan." jelasku lagi.
"Mbak Killa selalu memakai tutup
kepala itu?" lanjutnya.
"Maksudnya jilbab ini?"
"Iya, itu."
Kali ini aku tersenyum mendengar
pertanyaannya.
"Karena seorang muslimah harus
menutupi auratnya untuk menjaga dirinya dari hal-hal yang tak diinginkan."
"Kenapa demikian?" bukankah
rambut adalah mahkota terindah bagi wanita ?"
"Itu sangat benar." jawabku
sembari tersenyum tanpa memandangnya.
"Lalu??"
"Mahkota kami hanya untuk lelaki
yang sudah menjadi mahram kami."
Dia terlihat semakin bingung,mungkin dia
tak tau apa itu arti mahram. Tapi tampaknya dia tak akan menanyakannya lagi.
Semburat senja makin terlihat. Jam sudah
menunjukkan pukul 5 sore tepat. Nenek masih terlihat sibuk dengan kacang yang
harus dikupasnya agar esok hari bisa di jual ke pasar. Sedang aku sibuk
merapikan baju Nenek dalam lemari.
"Kamu pulang kapan,Nduk ?"
tanya Nenek.
"Seminggu lagi Nek,soalnya tadi Abi
udah telfon katanya seminggu lagi Mbak Silla di khitbah Mas Imam, jadi Killa
harus bantu-bantu di rumah. Nenek juga disuruh ikut kesana."
"Nggak,Nenek suka pusing kalau naik
kendaraan jauh." katanya seraya meneguk susu kemasan tadi pagi. Tiba-tiba
aku teringat lelaki yang mengantar susu itu.
"Apa lelaki itu setiap hari
mengantar susu untuk Nenek?" tanyaku beberapa saat kemudian.
"Maksud kamu Vino?"
Nenek meletakkan kacang dalam ember
dengan rapi. Dia terlihat tersenyum cantik dengan jilbab lebar yang menutupi
kepalanya.
"Vino sudah seperti cucu Nenek
sendiri,mungkin karena Nenek jauh dari Abimu. Dia yang selalu merawat nenek
saat nenek sakit,dia sangat memperhatikan Nenek." senyum bahagia itu masih
tersungging dibibir nenek. Aku segera menghampirinya,memeluknya dari belakang.
"Killa juga sayang Nenek. Ma'af ya
kalau Killa tak bisa menjaga Nenek." bisikku tepat ditelinganya. Nenek
membalasnya dengan senyum cantik.
Rasanya ingin selalu dekat dengan
Nenek,tapi aku harus bekerja di Jakarta. itu mengharuskanku menetap disana. Tak
tega rasanya membiarkan Nenek di desa ini hanya sendiri tanpa sanak
saudara,untung ada Vino yang mau memperhatikan Nenek.
"Vino itu baik loh Kil,dia selalu
memberikan apa saja yang sekiranya Nenek butuhkan. Kamu berteman saja sama dia.
Ya meskipun dia non muslim,yang penting hatinya baik." ujar Nenek.
"Iya Nek, Killa tau itu."
jawabku sembari tersenyum.
Sudah 4 hari ini Vino selalu di rumah
Nenek sampai sore,alasannya sich membantu Nenek. Tapi kulihat dia lebih banyak
mengusikku,diam-diam memperhatikanku,lalu mentertawaiku jika aku melakukan hal
bodoh. Ternyata dia adalah lelaki yang baik,asik,dan humoris. Aku semakin tau
siapa sosok Vino sebenarnya. Lelaki yang baik, perhatian, lembut, sopan, ramah,
dan...... Astaghfirullah hal'adziim, kenapa denganku ini.
"Lusa Mbak Killa udah pulang
ya?" tanyanya pagi itu sewaktu mengantarkan susu.
"Iya." jawabku datar.
Dia terdiam. Kulirik wajahnya. Ada raut
sedih dalam matanya. Dua hari lagi aku akan kembali ke Jakarta. Rasanya sangat
berat....meninggalkan Nenek, Desa ini, pegunungannya, sawah-sawahnya yang
indah, juga aku harus jauh dari Vin......hhuuuuuhhhhh,apa sih aku ini. Ya
Allah,semoga ini hanya perasaanku saja. Tak ingin aku mencintai lelaki yang tak
mencintai-Mu.
Hari dimana aku akan pulang pun tiba juga.
Namun tak kulihat Vino datang kemari di pagi itu. Aku menanti teman baruku itu
didepan pintu rumah,namun nihil. Sampai supir datang menjemputku pun tak
kulihat batang hidung Vino.
"Jangan lagi kau tunggu
dia."kata Nenek mengagetkanku.
"Maksud Nenek siapa ?" tanyaku
pura-pura linglung.
"Siapa aja juga boleh." balas
Nenek genit. Aku cekikikan melihat gayanya.
"Ini,Vino hanya menitipkan surat
ini untuk kamu." ujar Nenek seraya memberikan sebuah kertas berwarna pink
yang dilipat dengan rapi. Dengan penasaran aku segera membaca isi kertas
itu....
Teruntuk Akilla Azzahra..Aku telah jatuh hati padamu..Wajahmu membuatku tak mampu melupakan cahaya yang terpancar indah dari sana..Apakah ini cinta ??Maaf.. Diam-diam aku memendam rasa ini.. Aku mengagumimu,Killa. Aku kagum akan keanggunanmu.. Aku kagum akan tutur katamu yang indah.. Aku kagum pada senyummu yang penuh makna.. Aku kagum kesetiaanmu pada yang kau percaya.. Aku sungguh kagum, Killa...Pagi ini kau akan kembali..Namun tak sanggup aku menyaksikan kau pergi,,ingin rasanya aku bicara tentang rasa ini tepat dihadapanmu...Tapi agaknya aku tak berdaya..Dengan segenap rasa yang singgah dihatiku,sudikah kau menjadi calon ibu dari anak-anakku ???Vino Cristiano
Aku tersenyum membaca surat pendek itu.
Hatiku sungguh bahagia. Namun aku tau jika ini hanya ujian hatiku saja,maka aku
tak ingin terpedaya oleh apa yang Allah tak suka. Sebelum aku pergi kutulis
surat balasan untuk Vino.
To :Vino Cristiano..Saya telah membaca suratmu... Terimakasih untuk pernyataan itu... Aku ingin tetap setia pada penciptaku... Maka aku akan melangkah bersama orang yang juga mencintai-Nya..Akilla Azzahra
Singkat. Cukuplah itu balasan yang
kukirim untuknya. Semoga dia tak tersinggung dan dapat mengerti dengan alasan
yang kupunya.
Lima bulanpun berlalu. Namun aku masih
belum bisa melupakan Vino. Rindu,aku merasakan itu. Aku sungguh merasa berdosa
pada-Mu,Ya Allah. Sungguhkah Kau sedang menguji hatiku ??
Di sepertiga malam aku kembali memadu
romantisme dengan Sang Pencipta. Sakit, kerinduanku pada Vino membuat dadaku
begitu terasa perih. Aku rindu saat diam-diam dia memandangku, lalu mengalihkan
pandangannya saat aku menyadarinya. Aku juga rindu saat melihat dia menyuapi
Nenek,menghibur Nenek. Aku rindu senyumnya yang diam-diam membuat jantungku
berdebar saat melihatnya. Aku benar-benar merindukannya.
"Ya Allah, jika suatu hari nanti
aku harus jatuh cinta,maka cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan
cintanya pada-Mu, agar bertambah kekuatanku untuk lebih mencintai-Mu. Namun
agaknya hati ini telah Kau uji. Aku akan berusaha untuk mengatasi rasa ini, Ya
Allah... Demi cintaku pada-Mu, demi kesetiaanku pada-Mu, maka permudahkan itu,
Ya Allah. Izinkan aku mencintai ikhwan yang sekiranya dia mampu menjadi imamku
menuju keridloan-Mu. Hamba mohon dengan sangat...." tak terasa air mataku
menetes. Aku takut rasaku pada Vino membuat cinta Allah berkurang padaku,aku
benar-benar sangat takut akan hal itu.
Pagi ini hujan datang lagi. Dari kusen
jendela kamar kunikmati indahnya hujan yang mampu menentramkan hatiku. Kulihat
ada seorang lelaki berteduh di teras rumah. Sarung, baju takwa, dan peci yang
dipakainya membuatku menerka bahwa lelaki itu baru pulang dari pengajian yang
diadakan di masjid usai shubuh tadi. Namun aku tak mengenali sosok tubuhnya,
karena dia membelakangi pandanganku. Sepertinya tetanggaku tak ada yang seperti
itu. Lalu siapa ?? Aku segera keluar rumah untuk memastikan sosok itu.
Kuhampiri lelaki berbadan tinggi semampai itu untuk menghilangkan rasa
penasaranku.
"Assalamu'alaikum, akhi."
sapaku agak sedikit takut.
"Wa'alaikumsalam Warohmatulloh..."
jawabnya seraya membalikkan badan.
DEG...!!!!! Jantungku seakan-akan lompat
dari tempatnya setelah melihat wajah itu. Vino, itu Vino. Bermimpikah aku ?
Atau mataku sudah mulai ada gangguan ??? Dia tersenyum manis.
"Maaf Kil, tadi aku habis dari masjid.
Ternyata di jalan hujan, jadi aku numpang berteduh di teras rumah kamu."
jelasnya tanpa mengurangi senyumnya.
Dari masjid ??? Berteduh di rumahku ??.
Ngapain dia ke masjid ?? Kok dia tau rumahku?? Aku tetap terdiam ditempatku
berdiri dan tak mengeluarkan suara sedikit pun. Rasanya masih seperti tak
mungkin. Lalu sarung, baju takwa, dan peci yang dikenakannya ??? Banyak tanya
dalam otakku,dan aku tak sanggup menanyakannya. Rasanya bibirku mendadak keluh
di hadapan makhluk bernama Vino itu.
"Kenapa kamu diam saja?"
tanyanya kemudian.
Aku hanya menggelengkan kepala. Terdiam
melihat Vino yang sibuk dengan sarungnya yang sudah basah kuyup.
"Kamu tau rumahku?" akhirnya
mampu juga aku mengeluarkan suara.
"Iya,Nenek memberikan alamat rumah
kamu."jawabnya ramah.
"Sejak kapan kamu di
Jakarta?"lanjutku mirip polisi yang sedang menginvestigasi tersangkanya.
"Tiga bulan yang lalu. Aku bekerja
disalah satu perusahaan swasta di Jakarta."
Kembali aku melihat perubahan dari
penampilan Vino. dari atas kebawah,dari bawah keatas, kuperhatikan
penampilannya yang tak biasa. Vino tersenyum melihatku.
"Aku sudah jadi muallaf, Kil."
katanya. Mendengar itu aku hampir tak percaya.
"Apa ????" tanyaku memastikan
bahwa apa yang kudengar saat itu memang tak salah. Vino kembali tersenyum
padaku.
"Iya, aku sudah menjadi
muslim." jawabnya.
"Alhamdulillah......." aku
benar-benar bahagia mendengar itu.
"Aku sadar bahwa hanya Allah lah
yang pantas untuk disembah." katanya.
"Demi Allah,Vin. Aku ikut
senang."
Selesai juga percakapan itu setelah
hujan reda. Vino harus kembali ke kostnya. Dan aku kembali dengan keheranan
keherananku selanjutnya. Vino yang sekarang adalah seorang muslim,inikah
jawaban dari doaku, Ya Allah ???.
Tiga bulan dia di Jakarta tapi tak
menghubungiku,kenapa ?? Apa rasa yang dulu sudah hilang dari hatinya ?
Tiba-tiba ada rasa khawatir di hatiku. Padahal tak perlulah aku memikirkan
itu,yang pasti Vino sudah menjadi seorang muslim saja aku sudah sangat
bersyukur.
Selang beberapa hari kemudian Vino
mengirim sebuah pesan pendek untukku..
Assalamu'alaikum wr wb..Akilla Azzahra..Tiga bulan aku telah memperhatikanmu dari jauh... Memandang seseorang yang mungkin Allah takdirkan untukku.. Aku tak tau dengan apa aku bisa pantas bersanding denganmu.. Namun aku mencoba,ukhti Killa... Aku mencoba belajar islam seperti apa yang kau syaratkan.. Dan kau tau apa yang ku temui,ukhti ???Keindahan...Keajaiban...Kasih sayang yang sesungguhnya...Dan Allah yang kusadari telah memberiku hidup..Hatiku tergugah ketika untuk pertama kalinya aku belajar membaca Al-Qur'an..Al-Ikhlas,surat itu yang membuat dadaku sakit...Surat itu yang membuat aku merasa menjadi makhluk penuh dosa...Surat itu yang membuatku merasa bahwa memang Allah-lah Tuhanku yang sesungguhnya...Surat itu juga yang membuat hatiku menyuruh lisan ini berucap syahadat...Kini aku telah mampu mencintai Allah, sama seperti yang kau harapkan..Sungguh itu mengurangi cintaku untukmu,,,Namun benar-benar hanya kau akhwat yang singgah dihatiku,ukhti..Maka atas nama cintaku pada-Nya, kembali kubertanya...Apakah kau bersedia menjadi istri dariku ??Ibu dari anak-anakku kelak ???Menantu dari orang tuaku ???Dan bidadari untuk dunia dan surgaku ???Semoga Allah menjodohkan kita,ukhti Killa..Amiin Allahumma Amiin.Wassalamu'alaikum wr wb,,Moch. Tajuddin Alvino
Aku bahagia membaca pesan itu. Pesan
singkat,namun kurasa terlalu panjang untuk kuanggap itu singkat. Aku menghela
nafas panjang. Bersyukur atas apa yang Allah berikan padaku. Bersyukur karena
Allah telah menjawab doaku dengan jawaban yang lebih indah. Dan yang pasti aku
bersyukur karena Allah mengizinkan Vino menjemput hidayahnya, dan itu bukan
karenaku,tapi karena firman-Nya...
Al-Ikhlas (memurnikan keesaan Allah)1. Katakanlah : "Dialah Allah, Yang Maha Esa".2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.3. Dia tiada beranak dan tiada pula di peranakkan.
4. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.
If you enjoyed this post and wish to be informed whenever a new post is published, then make sure you subscribe to my regular Email Updates. Subscribe Now!