Minggu, 17 Maret 2013

“Subhanallah...,, Indahnya Ukhuwah Ini”

Diposting oleh wahyu_alfatih at 01:15
Ditulis Oleh : Alfan D'Ikhwan
Ketua FSI An-Nahl UIN Suska-Riau


“Ketika aku masih sekolah di SMA dulu, aku bercita-cita ingin mengubah seluruh dunia. Lalu aku sadari, betapa sulit mengubah seluruh dunia ini, lalu aku putuskan untuk mengubah negaraku saja. Ketika aku sadari bahwa aku tidak bisa mengubah negaraku, aku mulai berusaha mengubah kotaku. Ketika aku semakin dewasa, aku sadari tidak mudah mengubah kotaku. Maka aku mulai mengubah keluargaku. Kini aku pun mulai merasa tak sanggup, aku pun tak bisa mengubah keluargaku.
Aku sadari bahwa satu-satunya yang bisa aku ubah adalah diriku sendiri. Tiba-tiba aku tersadarkan bahwa bila saja aku bisa mengubah diriku sejak kecil dahulu, aku pasti bisa mengubah keluargaku dan kotaku. Pada akhirnya aku akan mengubah negaraku dan aku pun bisa mengubah seluruh dunia ini.”
Tidak ada yang bisa kita ubah sebelum kita mengubah diri sendiri.
Tak bisa kita mengubah diri sendiri sebelum mengenal diri sendiri.
Takkan kenal pada diri sendiri sebelum mampu menerima diri ini apa adanya. Inilah hidup, dan kita adalah pelaku kehidupan dalam perjalanan singkat menuju pertemuan kita dengan Sang Khalik. Melalui kecintaan-Nya, di tengah perjalanan hidupku ini, Allah SWT memberikan sekerlip cahaya dalam alunan cinta nan merdu dalam sebuah ukhuwah islamiyyah tentunya.
*****
Menjadi siswa yang berprestasi dalam setiap semester dan menjadi peserta dalam berbagai ajang perlombaan baik di tingkat Desa hingga tingkat Provinsi dari jenjang bangku SD hingga ke bangku SMA menjadikanku merasa yakin bahwa aku bisa memberikan mimpi itu untuk keluargaku.
Kisah ini bermula ketika aku baru saja menyelesaikan sekolah di salah satu SMAN di Koto Kampar Hulu. Dengan beribu asa di fikiran ini, aku coba untuk mewujudkan cita-citaku terdahulu, menjadi anak yang berguna bagi keluarga, masyarkat, Agama, bangsa dan negara.
. Dengan sejuta harapan di depan mata, aku memilih masuk di perguruan tinggi di pekanbaru, UIN SUSKA Riau adalah tujuan pertamaku. Berharap nantinya aku akan mendapatkan ilmu pengetahuan umum yang dipadukan dengan ilmu agama tentunya. Melalui jalur SNMPTN aku memilih salah satu jurusan di Fakultas Pertanian dan Peternakan. Alhamdulillah akhirnya aku bisa lulus dijurusan Agroteknologi yang nantinya memberikan warna tersendiri dalam perjalanan panjang ku.

Jalanan didepan kampusku memang terlihat sangat ramai, tak seperti jalanan sewaktu di desa SMA ku terdahulu. Begitu juga hatiku kala itu, dunia perkuliahan telah mengubah prinsip dan kebiasaan hidupku. Aku yang masih seperti anak kecil, tak terasa telah menginjakkan kakiku di sebuah kampus besar di Pekanbaru. Seperti sebuah mimpi, saat pertama kalinya aku memasuki parkiran gedung rektorat kampus, begitu megah dan indah. Sebuah perjuangan besar harus ku tempuh agar bisa meneruskan pendidikan menjadi seorang “Mahasiswa”.  Terasa takjub saat ku menyadari bahwa aku bisa menimba ilmu disebuah kampus yang sangat terkenal dengan istilah “Kampus Islami Madani” yang tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan umum tetapi juga mengkombinasikannya dengan ilmu agama. Kampus yang di kenal dengan nama “kampus seribu kubah”. Karena memang sangat banyak kubah dalam setiap gedung-gedung megah yang berdiri disana.
*****

Oktober 2012, di sebuah selasar Mushalla Fakultas Tarbiyah.
Lantunan Al Qur’an terdengar sayup-sayup merdu dari dalam Mushalla, damai rasanya kala suara itu terdengar ditelingaku. Aku yang masih berada di luar Mushalla, membuka buah kakiku untuk sekedar melaksanakan shalat Zhuhur. Karena memang di fakultas ku pada saat itu sangat sulit mencari tempat wudhu, sehingga aku memilih melaksanakan sholat di mushalla yang ada di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.  Maklum, setelah di teliti, kampus kami masih belum memiliki masjid.
Saat itu, saat pertama kalinya aku di perkenalkan dalam bingkai ukhuwah kampus. Aku bertemu dengan salah seorang Mahasiswa senior yang ku lihat pertama kali saat PNDK Universita. Aku melihat di identitas jaketnya, dia tergabung dalam FKII (Forum Kajian Islam Intensif). Pertama kali aku di sambut di sebuah PKM kampus ini.
Aku memang telah meng-azzamkan bahwa aku harus berubah dari dunia (yang boleh dibilang) kegelapan menuju yang “lebih terang”. Lalu aku sedikit menyapanya;
“Assalamu’alaikum. kak, kakak pengurus FKII ya?” Sapaku. (FKII adalah UKM Universitas yang bergerak dibidang dakwah kampus di kampusku)
“Wa’alaikumussalamwarahmatullahwabarakatuh. Iya. Adek namanya siapa? Dari Fakultas apa?”. Jawabannya begitu lembut, santun penuh ukhuwah, tangannya menjulurkan yang berarti mengajak bersalaman.
Subhanallah. Indahnya ukhuwah ini. (Dalam hatiku)
“Alfan dari Agroteknologi, kak”.
Oh, dari FAPERTAPET ya, jauh kali sholat ke tarbiyah. balasnya lagi.
Adek Kok mirip dengan Akh Royan?” adek ni adiknya ya?” kembali beliau bertanya dengan penuh santun.
Iya kak, adiknya yang ke dua.

Kemudian kami terlibat obrolan hangat terkait masalah pribadi dan pengalaman baru dikampus tentunta. Kemudian beliau sedikit menjelaskan tentang dakwah di Kampus ini, aku di sarankan untuk masuk Lembaga yang berada di tingkat Fakultas (LDF-Lembaga Dakwah Fakultas—red).
“Alhamdulillah, kakak dari jurusan Pendidikan Matematika, dan kakak satu Fakultas dengan akh Royan. Kami cukup akrab karena beliau ketua FS NURI tahun kemaren. Ohya, boleh minta nomor HandPhone-nya?”. Tanyanya. Lalu ku sebutkan beberapa digit angka yang ditulisnya di telepon genggamnya.
Setelah selesai sholat zuhur, aku berpamitan untuk bergegas meninggalkan mushalla itu untuk kembali ke fakultas ku yang terletak di ujung kampus. Setelah pertemuan itu ku ketahui, kakak tadi bernama kak M. Ajiz yang kebetulan sahabat dari bang Roy.
Semenjak saat itu, seringkali aku mendapati SMS Taushiyah dari kakak itu. Aku semakin yakin untuk memasuki lembaga dakwah di Fakultasku. Aku di pertemukan kembali dengan laki-laki itu sewaktu aku yang pada saat itu tinggal bersama bang Roy di masjid. Mulai dari situlah aku mengenal UKMI (Unit Kegiatan Mahasiswa Islam). Aku berdecak kagum melihat beberapa laki-laki dan perempuan shalihah yang terlihat indah mengenakan jilbab nya yang lebar itu.
*****

 “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS. Ali Imran 104)


Berawal dari sebuah pencarian jati diri, pada dasarnya hampir semua Unit kegiatan di Kampusku, aku mendaftarnya. Dari mulai Kerohanian, Pencinta Alam, Pramuka, dll. Hingga nantinya aku dipertemukan dengan lingkungan yang baik. Hal itu adalah kenikmatan yang luar biasa yang telah menjadi titik tolak sebuah perubahan HidayahNya dan keindahan Islam.
Aku termenung, meratapi akan fokus di manakah kegiatanku? Aku bertanya pada diriku sendiri, apa yang bisa kulakukan untuk Agamaku?? Apa yang bisa kulakukan dan bagaimana aku bisa melakukannya? Karena untuk mewujudkan itu semua tak bisa dengan pengorbanan yang biasa, tetapi membutuhkan pengorbanan yang di luar kebiasaan. Sebuah elektron tidak akan berguna ketika ia tidak bergerak keluar dari orbitalnya. Bergerak menuju arah yang lebih baik tentunya. Menjawab kebingungan itu, aku sedikit berfikir mulailah dari diri sendiri, kemudian amalkan dan tularkan kepada orang lain. Aku ber’azzam untuk masuk lembaga dakwah.
*****

Awal November 2009, aku diajak oleh senior dan memang direkomendasikan oleh kakak untuk mengikuti sebuah training di organisasi Ekternal kampus yang lebih di kenal dengan nama KAMMI. Berbagai step telah aku lewati, hingga akhirnya aku telah resmi menjadi anggota KAMMI Komisariat Suska. Saat itulah pertama kalinya aku mengenal Barisan Dakwah Tarbiyah, yang indah serta melejitkan potensi diri.
Diperkenalkan pula aku pada salah satu pengajian khas Tarbiyah, pengajian pekanan yang disebut Liqa. Pengajian bulanan dan berbagai moment seperti out bound maupun rihlah (jalan-jalan) ku alami. Saat pertama kalinya aku mengikuti pengajian pekanan ini, aku di pertemukan dengan Guru (Murabbi) ku. Aku menyukai model pengajian seperti ini, karena di situlah ditemukan indahnya ukhuwah, saling berbagi cerita, berbagi pengalaman dan pengetahuan, dan saling mengingatkan dalam segala hal kebaikan dan kebenaran. Setiap pekan, selalu dipertanyakan amal-yaumi (Ibadah harian) yang kita kerjakan kemudian menjadi motivasi bagi ku untuk senantiasa meningkatkannya di pekan berikutnya. Mulai dari situlah, aku mengenal sedikit lebih jauh tentang Indahnya Tarbiyah. Dakwah telah mengubah kehidupanku yang sebelumnya acuh tak acuh terhadap segala permasalahan kampus, menjadi sedikit tidak apatis.
Lalu pada pertengahan Desember 2009 aku kembali mengikuti sebuah kegiatan Open rekrutment di UKMI FAPERTAPET yang bernama Forum Study Islam An-Nahl. Disini kembali aku mengenal dakwah kampus secara lebih detail. Mengetahui dan belajar memahami perjuangan dan tantangan yang menjadi miniatur kehidupan bermasyarakat di dunia luar kampus. Aku mulai belajar mencintai dakwah yang pada saat dahulunya, terfikirpun tidak.  Ternyata di sini, di dalam barisan dakwah ini, kehidupanku berbalik seratus delapan puluh derajat. Di sinilah akhirnya aku menemukan teman yang bersahabat, yang mau menemaniku, yang mau berbagi denganku. Mereka menerimaku apa adanya, mereka membantuku saat aku dalam kesulitan, menghiburku saat aku sedih, mengajakku ke kantin saat istirahat, bahkan mengundangku berkunjung ke rumah mereka. “Mereka ada, bukan hanya sekedar guratan di dalam otakku, atau hanya sekedar sahabat dalam kehidupanku. Tapi mereka ada dalam setiap kerinduan dan membuat hidupku lebih berarti.
Satu semester telah kulalui di kampus UIN ini, satu semester pula aku tergabung dalam lingkaran tarbiyah penuh ukhuwah, UKMI. Saat itu memang tengah melaksanakan Oprec Pengurus, lalu aku iseng mendaftarnya. Amanah pertamaku berada dalam Brigade Kaderisasi. Saat pertama kali-lah, ghirah ku tengah membara, bak api yang baru saja disiram oleh bensin, membulak tanpa kenal lelah jemu.
Semenjak itulah, aku sedikit berkontribusi di lingkaran tarbiyah ini, dari mulai perekrutan hingga penjagaan. Aku sangat senang berada di departemen ini, Mas’ul yang baik, bijaksana serta berpegang teguh di atas manhajNya. Dinamika dakwah di departemen ini sangat terasa, bahkan aku kagum karena saudaraku memiliki semangat jihad yang sangat tinggi. Ibarat diesel, kala itu aku hanyalah sebuah proses pemanasan. Ibarat proses transkripsi, aku berada di tahap inisiasi.
Lalu kembali aku mulai lagi episode hidupku, labirin kehidupan tak ubahnya berjalan seiring perubahan waktu. Aku menyadari bahwa memasuki lembaga dakwah adalah suatu hal yang baru yang ada pada diriku, dalam otakku pun tak pernah terbesit jikalau nantinya aku berada di dalam jamaah ini. Namun Sang Sutradara kehidupan telah menggoreskan tintaNya, bahwa aku harus berada di sini, dijalan ini, karena pada hakikatnya bukan lah kita yang memilih taqdir, tapi taqdir yang telah memilih kita.

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan Surga untuk mereka. Mereka berperang di Jalan Allah; sehingga mereka membunuh atau terbunuh, sebagai janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan Jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itu lah kemenangan yang Agung” (QS. At Taubah: 111)

Karena aku tau, inilah jalan terbaik dari Allah, Meski aku tahu, jalan yang kutempuh ini tak mulus, jalan ini penuh onak duri, aral rintangan, ranjau dan bebatuan terjal. Akan tetapi, aku sangat yakin bahwa inilah skenario kehidupan dari Sang Sutradara, jalan yang dijanjikan surga, serta jalan yang mendapatkan jaminan dari Sang maha Segalanya.
Mustafa Masyhur dalam Fiqih Dakwah menyampaikan:

“Jalan dakwah tidak ditaburi bunga-bunga yang harum baunya, tetapi merupakan jalan yang sukar dan panjang. Sebab antara yang haq dan bathil ada pertentangan yang Nyata. Dakwah memerlukan ketekunan dan kesabaran memikul beban berat. Dakwah memerlukan kemurahan hati, pembenaran dan pengorbanan tanpa mengharapkan hasil yang segera, tanpa putus asa dan putus harapan. Yang diperlukan adalah usaha dan kerja keras terus menerus dan hasilnya diserahkan kepada Allah”


Sahabatku….
Jika kita terlahir bukan untuk menjadi pemenang atas pertarungan ideologi demi meraih peradaban yang hakiki, lantas untuk alasan apa kita lahir ke bumi ini? Bukankah kita dilahirkan sebagai pemenang? Bukankah kita dilahirkan untuk berjuang meraih kemuliaan dan kegemilangan umat di atas panji Islam, di atas Al-Qur’an dan as-Sunnah??
Sungguh jika suatu hari Khilafah tegak kembali, air mata kita pasti akan jatuh berlinang, hati kita akan riang tiada terperi karena perjalanan yang telah dititi. Perjuangan inilah yang akan menjadi kado amalan yang akan kita banggakan di hadapan Allah swt kelak, yaitu ketika di yaumil akhir nanti, Allah SWT bertanya kepada kita:
“Wahai fulan/fulanah, apa yang telah engkau lakukan di dunia sehingga Aku harus memasukkanmu ke SyurgaKu?”
Tentu kita semua berharap bisa berucap dengan penuh rasa bangga, air mata kita jatuh berlinang penuh cinta,
segala penderitaan yang kita alami di dunia lenyap seketika, karena balasan yang akan diberikan Allah swt kepada kita, sungguh jika saat itu tiba, kita memohon kepada Allah swt agar kita bisa berucap lirih :
“Duhai Allah… telah ku jadikan hidupku sebagai pengabdian kepada-Mu, telah kujadikan Islam sebagai agama dan sistem hidupku, telah kujadikan Muhammad sebagai kekasihku dan suri teladanku, telah ku jadikan Al-Qur’an petunjuk dan pedoman hidupku, dan telah ku jadikan hidupku sebagai perjuangan kepada umat-Mu, inilah persembahan terbaikku, terimalah perjuangan hamba-Mu, ya Rabb..”
Seseorang bertanya, “Mengapa perjuangan dakwah itu pahit?”
Karena Surga itu manis…”
Akupun yakin nanti ketika saat itu tiba, Dakwah kampus akan menjadi solusi yang akan memberikan perbaikan kepada setiap mahasiswa yang nantinya akan menjadi “agent of Change“ pada Negara ini. Dakwah kampus akan menjadi air pelepas dahaga di taman kehidupan yang nantinya akan dipenuhi semerbak bunga kebaikan yang tumbuh diatas ukhuwah dan keimanan.
Sering aku mendengar, bahwa menjadi orang penting itu baik, namun setelah ku alami, berusaha untuk senantiasa menjadi orang baik jauh lebih penting.

Inilah jalanku..
Jalan menuju ridho-MU
Jalan panjang penuh belukar
Yang harus ku pangkas agar tak tertatih
Jalan taubat kikiskan dosa
Puji syukur ku panjatkan atas hidayah-MU
Menyadarkanku dalam Hina dan Dosa
Kembali dalam Rachmad-Mu

Begitulah gambaran hidayah yang Allah berikan padaku, yang memberikan goresan terindah yang pernah terlukis selama hidupku. Berada dalam sebuah komunitas yang mencoba untuk selalu lebih baik dan tiada pernah bosan mengajak orang lain kepada kebaikan.
Inilah Jalanku, Inilah jalan panjangku, izinkan aku berada di Jalan cinta para pejuangMu, berada di Jalan dakwah penuh cinta, meneruskan perjuangan para sahabat Rosulullah demi mencapai keridhoanMu …


If you enjoyed this post and wish to be informed whenever a new post is published, then make sure you subscribe to my regular Email Updates. Subscribe Now!


Kindly Bookmark and Share it:

YOUR ADSENSE CODE GOES HERE
 

Copyright © 2013-2014. All Rights Reserved | Cerpen-Online.comWahyu

Home | About | Top