Oleh: Jennifer Zhie“Lo udah siap kan hari ini?” suara Rangga membuyarkan konsentrasi Morgan yang sedang asyik membayangkan pujaan hatinya.
“Siap dong! Malah gue udah siap lahir batin!” jawab Morgan sembari membusungkan dada.
“Sekarang saat yang penting buat sekolah kita! Kita harus menang!” lanjut Rangga.
“Iya-iya! Lo santai aja, Ngga!” ujar Morgan menenangkan Rangga.
Morgan Winata cowok cool dan ganteng yang duduk di kelas 3, merupakan striker sekaligus kapten tim sepakbola sekolah SMA Satya Dharma. Sedangkan Rangga adalah sahabat karib Morgan dan merupakan kiper tim sepakbola SMA Satya Dharma.
Saat ini seluruh siswa SMA Satya Dharma terutama para pemain di tim sepakbola diliputi rasa cemas. Pasalnya, pertandingan kali ini memperebutkan gelar juara. Apalagi SMA Satya Dharma sudah tiga kali berturut-turut menjadi juara. Beban berat berada di pundak para pemain.
“Ayo siap-siap! Lima menit lagi pertandingan dimulai,” pelatih mengingatkan para pemain.
Semua para pemain langsung menuju lapangan, tak terkecuali Morgan dan Rangga. Pertandingan kali ini sekolah SMA Pancasila sebagai tuan rumah. Untuk masalah suporter gak perlu khawatir, karena pastinya mereka bakal mendukung dengan sepenuh hati. Terutama para fans-fans Morgan.
“Morgannn...Morgan...” suara-suara cewek mengelu-elukan nama Morgan ketika tim SMA Satya Dharma memasuki lapangan.
Morgan memang merupakan salah satu cowok populer di SMA-nya. Bahkan banyak cewek yang mengantri untuk menjadi pacarnya. Sayangnya, hati Morgan sudah dicuri cewek lain. Tapi memang malang, cewek yang dicintai Morgan sudah mempunyai tambatan hati.
“Kok bengong aja?” Jessica menepuk bahu Morgan.
Jessica! Cewek yang sudah mencuri hati seorang Morgan. Jessica memang gak cantik, kebaikan hati dan sifat Jessica yang supel lah yang bisa membuat Morgan jatuh hati. Tapi semua harapan itu harus dikubur dalam-dalam. Apalagi pacar Jessica adalah teman dekat Morgan.
“Hei! Tambah bengong aja!” Jessica menjentikkan jari lentiknya didepan wajah Morgan.
“Emh...sori...” Morgan berusaha menenangkan jantungnya yang berdegub kencang, “ada apa, Jes?”
“Sukses ya, Gan! Semoga kita bisa jadi juara untuk yang keempat kalinya,” Jessica memberi semangat.
“Thanks Jes,” Morgan tersenyum grogi.
“Kok pacar sendiri gak dikasih semangat sih?” celetuk Rangga.
“Iya sayang! Sabar dong, aku gak bakal lupa kok sama kamu,” Jessica menggandeng mesra Rangga, “semangat ya sayang!”
‘Kenapa bukan gue!’ batin Morgan kesal.
Priiiitttttt!!
Bunyi peluit tanda pertandingan sudah dimulai. Kedua tim bersiap-siap diposisi masing-masing.
Bola mulai bergulir lincah di kaki pemain-pemain SMA Satya Dharma. Operan-operan tajam melesat cepat melewati pemain SMA Pancasila. Pemain nomor punggung sepuluh dari SMA Satya Dharma mengoper pada Morgan. Dan tanpa ragu-ragu Morgan menembakkannya ke gawang. Dan Gooollllll!
Supoter SMA Satya Dharma berteriak senang. Morgan tersenyum bangga karena baru beberapa menit permainan dimulai, gol bersarang di gawang SMA Pancasila. Morgan melirik sekilas pada Jessica yang mengacungkan jempolnya.
***
Morgan mengelap keringatnya yang bercucuran, wajahnya sumringah menampakkan kebahagian. Bagaimana tidak, Morgan hari ini betul-betul menjadi pahlawan. SMA Satya Dharma menang telak dengan angka 3-0. Semua gol dihasilkan oleh tendangan-tendangan ajaib Morgan.
“Lo hebat banget, Gan!” Rangga memuji Morgan, “gue gak nyangka lo sehebat ini! Bisa-bisa lo masuk Timnas Indonesia!”
“Lo bisa aja! Tadi cuma kebetulan aja kok!” Morgan merendah.
“Gue mau beli minuman dulu ya. Kering banget nih kerongkongan gue. Lo mau ikut?” ajak Rangga.
“Gak, gue tadi udah beli minuman sebelum pertandingan. Gue mau langsung pulang aja. Badan gue remuk semua rasanya,” tolak Morgan sembari bersiap-siap pulang.
“Oke! Gue duluan ya,” pamit Rangga.
Sepeninggalan Rangga, Morgan langsung beranjak menuju tempat parkir. Hatinya benar-benar bahagia. Tapi, Morgan merasa kebahagiaannya belum lengkap karena dia tak dapat membagi rasa bahagia itu pada orang yang dicintainya.
“Morgan! Tunggu!”
Morgan melihat Jessica berlari kecil kearahnya.
“Gan, selamat ya! Lo tadi keren banget! Mirip idola gue David Beckham!” ujar Jessica sambil memegang tangan Morgan.
“Makasih, Jess...” Morgan tersipu malu.
“Ntar malam lo ada acara gak? Lo mau gak temenin gue makan? Itung-itung lo traktir gue atas keberhasilan lo hari ini.”
“Bertiga?” kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut Morgan.
“Gue sih pengennya berdua aja. Cuma lo sama gue, tanpa Rangga,” Jessica mengerling, “lo gak mau ya?”
“Ma...mau kok!” Morgan menjawab sedikit terbata.
“Asyik! Kalo gitu jemput gue jam tujuh ya!” Jessica mengecup sekilas pipi Morgan sebelum pergi.
Morgan membuka pintu mobilnya dengan gemetar. Dia merasa kebahagiannya lengkap sudah! Ciuman manis dari Jessica masih terasa hangat. Dengan wajah berbinar-berbinar Morgan melajukan mobilnya.
***
Morgan tengah bersiap-siap untuk kencan dengan pujaan hatinya. Sambil menyempurnakan penampilannya Morgan menyalakan radio. Sebuah lagu lawas dari Peterpan mengalun.
Khayalan ini setinggi-tingginya
seindah-indahnya, tempat ku memikirkannya
Bila ku dapat simpan wajahnya
memegang indahnya, berpura memilikinya
Yang kunanti saat memegang tangannya
Sampai nanti tetap memegang tangannya
“Yang jelas saat ini bukan khayalan! Gue bisa nge-date sama bidadari gue!” komentar Morgan berbunga-bunga.
Morgan mematikan radio dan bercermin untuk terakhir kalinya. Tak lupa Morgan menyemprotkan cologne beraroma citrus yang baru dibelinya tadi.
***
Tak henti-hetinya Morgan menatap Jessica. Sejak dalam perjalanan, hingga sampai di restaurant Morgan selalu memperhatikan Jessica. Malam ini, Jessica begitu cantik dan terlihat anggun memakai sackdrees berwarna gold. Rambut ikal Jessica digerai, wajahnya pun tak luput dari sapuan make-up tipis.
“Kok lo diem aja sih, Gan?” tanya Jessica lembut.
“Gue terpesona liat lo malam ini! Lo cantik banget, Jes,” ungkap Morgan jujur.
“Makasih, Gan! Lo juga ganteng,” Jessica tersenyum memamerkan giginya yang berbehel.
“Gan, sebenernya malam ini ada hal penting yang mau gue omongin sama lo,” Jessica menggenggam tangan Morgan.
“Hal penting? Apa itu?” Morgan mulai nampak salah tingkah.
“Gue...gue...suka sama lo, Gan!” ujar Jessica malu-malu.
Morgan merasa pendengarannya bermasalah, “Lo suka sama gue?”
Jessica menangguk, “gue baru sadar kalau ternyata selama ini lo yang gue cinta. Gue benar-benar bodoh karena baru menyadari ini sekarang.”
Morgan mematung mendengar penuturan Jessica. Keringat dingin mengucur dari tubuhnya. Lidahnya terasa kelu untuk menjawab.
“Gue harap, lo juga punya perasaan yang sama kayak gue,” ucap Jessica lirih.
“Tapi...lo kan punya Rangga?” tanya Morgan dengan suara serak.
“Gue udah putus sama Rangga. Begitu gue sadar kalau bukan dia yang gue cinta, gue langsung memutuskan Rangga.”
“Sebenarnya, selama ini gue selalu mengagumi lo, Jes. Gue berharap bisa jadi pacar lo, tapi gue mengalah karena lo udah jadi milik Rangga,” Morgan mengakui.
“Jadi, lo mau pacaran sama gue?” tanya Jessica girang.
Morgan merasa ragu, “Gue...ngerasa gak enak sama Rangga,”
“Gue udah jelasin semuanya sama Rangga dan dia bisa ngerti. Dia juga bilang, kalau dia merestui hubungan kita,” jelas Jessica.
Mata Morgan membulat tak percaya, “Serius?”
“Gue serius! Makanya, lo gak usah ngerasa gak enak lagi.”
“Gue sayang sama lo, Jes!” Morgan mencium tangan Jessica.
“Gue juga sayang sama lo!” balas Jessica mesra.
Morgan merasa kebahagiaannya lengkap sudah. Sekolahnya menang telak pada pertandingan final. Gadis pujaannya pun sekarang telah menjadi miliknya. Bahkan, Rangga merestui hubungannya.
***
“Aduh...” Morgan mengerang kesakitan memegangi kepalanya.
“Lo udah sadar, Gan?” tanya Rangga khawatir.
Morgan mengacuhkan pertanyaan Rangga, “Jessica mana, Ngga?”
“Hah? Jessica? Kok lo malah tanyain pacar gue sih?” Rangga bertanya heran.
“Eh...maksud gue, gue ada dimana?”
“Lo ada dirumah gue. Tadi pas pertandingan lo pingsan gara-gara tanpa sengaja bola yang ditendang tim lawan kena kepala lo! Untung aja temen-temen bantuin gue ngangkat lo ke mobil. Karena rumah lo lumayan jauh, gue bawa aja lo kerumah gue,” jelas Rangga panjang lebar.
“Terus, pertandingannya?”
“Kita kalah! SMA Pancasila yang menang,” desah Rangga kecewa.
“Apaaaaaa!!!” Morgan merasa terpukul dengan penjelasan Rangga. Tanpa perlu dikomando Morgan pingsan dengan sukses untuk kedua kalinya.
Sumber : Cerpen tentang cinta remaja Tags: Cerpen, Cerpen Teenlit
If you enjoyed this post and wish to be informed whenever a new post is published, then make sure you subscribe to my regular Email Updates. Subscribe Now!